JAKARTA — Ekosistem kemitraan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi, pemerintah daerah, dan industri untuk mendukung pengembangan inovasi berbasis potensi daerah mulai berjalan. Dibutuhkan penguatan agar dapat mengimplementasikan inovasi berbasis potensi daerah.
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Adi Nuryanto mengatakan, Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) telah menjalankan program ekosistem kemitraan dengan pemerintah daerah dan industri di tahun pertama. Hal ini dimulai dengan membuka sekat antara dunia pendidikan dan pemangku kepentingan yang ada di daerah.
”Program ini akan dilanjutkan lagi di tahun kedua dan ketiga untuk penguatan jejaring kemitraan di daerah melalui implementasi inovasi berbasis potensi daerah. Program ini didukung pendanaan dari LPDP. Ada penambahan dana hingga Rp 35 miliar untuk tahun kedua dan ketiga,” kata Adi pada acara Peran Strategis Pendidikan Vokasi dalam Pembangunan Ekonomi Daerah: Diskusi Terpumpun Penyusunan Renstra Pendidikan Vokasi dengan Metode Foresight, yang digelar mulai Senin hingga Selasa (8/10/2024) di Jakarta.
Adi memaparkan, program Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah dilaksanakan di 20 konsorsium PTPPV dengan cakupan 27 provinsi sejak tahun 2023. Kemitraan ini membuat akademisi di perguruan tinggi vokasi mulai aktif dilibatkan dalam perancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Strategi Vokasi Daerah, serta pembentukan Tim Koordinasi Daerah Vokasi (TKDV).
Program, kata Adi, harus berkelanjutan di daerah. Untuk itu, Konsorsium PTPPV mulai membagi sektor-sektor strategis yang menjadi prioritas pembangunan ekonomi di daerah sebagaimana tercantum dalam policy paper kepada rekan sesama dosen PTPPV di provinsi masing-masing.
Pasalnya, apabila tidak sesuai, usulan tersebut nantinya tidak akan disetujui. Program ini juga menjadi peluang bagi industri untuk berkolaborasi dengan satuan pendidikan vokasi untuk meningkatkan daya saing industri nasional.
”Bagi pemerintah daerah, kami berharap agar dapat memastikan inovasi yang diusulkan sesuai dan bermanfaat bagi kebutuhan daerah,” kata Adi.
Tantangan ekonomi daerah
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Tatang Muttaqin mengatakan, Konsorsium PTPPV bersama pemda serta pemangku kepentingan strategis di daerah, seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI), satuan pendidikan vokasi (SMK dan LKP), komunitas, dan media massa bersinergi membentuk ekosistem kemitraan guna menjawab berbagai tantangan ekonomi di daerah. Kolaborasi ini juga berkontribusi terhadap pengembangan, antara lain, kawasan ekonomi khusus (KEK), kawasan industri (KI), destinasi superprioritas, proyek strategis nasional, dan dinamika pembangunan ekonomi di setiap daerah.
”Ekosistem kemitraan perlu dimaknai lebih dalam, bukan hanya sebatas pemenuhan output, melainkan sebagai bentuk usaha untuk mencapai integrasi antara ekonomi daerah dan pendidikan vokasi. Harapannya, pembicaraan tentang pendidikan vokasi bukan lagi menjadi hal yang terpisah dari potensi dan agenda prioritas pembangunan daerah/wilayah, begitu pun sebaliknya. Bicara tentang pembangunan ekonomi daerah, maka juga bicara vokasi, begitu pun sebaliknya,” kata Tatang.
Pentingnya memperkuat kemitraan, ucap Tatang, untuk memastikan keberlanjutan berbagai inisiatif yang terbukti mendukung pertumbuhan ekonomi regional. Kemitraan ini tidak hanya mendorong keterlibatan sektor pendidikan vokasi, tetapi juga memperluas jangkauan potensi ekonomi daerah. Inisiatif-inisiatif baru yang lahir dari sinergi ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata bagi tantangan ekonomi daerah sekaligus memperkuat daya saing wilayah di tingkat nasional.
Pendidikan vokasi didorong terlibat secara aktif dalam memperkuat komunitas ekonomi lokal dan membawa level kemitraan dengan DUDI untuk menjadi bagian dari rantai pasok industri. Pendidikan vokasi dapat membantu meningkatkan kapasitas tenaga kerja, proses bisnis, dan usaha lokal sehingga komunitas ekonomi dan UMKM di daerah dapat terlibat lebih dalam sebagai bagian dari rantai pasok industri.
”Pendidikan vokasi tidak hanya berperan dalam meningkatkan keterampilan, tetapi juga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” kata Tatang.
Dina V Sinlae, dosen Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengatakan, pemerintah daerah butuh masukan dan kajian untuk mengembangkan potensi daerah secara berkesinambungan. Salah satu contoh pengembangan pariwisata Labuan Bajo yang belum optimal memanfaatkan potensi pertanian daerah untuk memasok kebutuhan pariwisata.
Source: Pendidikan Tinggi Vokasi Dukung Inovasi Berbasis Potensi Lokal - Kompas.id
Ada 0 komentar untuk artikel ini